Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mutiara Salaf, Perkataan Masyhur sahabat Muadz

Menuntut ilmu adalah ibadah, mempelajarinya adalah Tasbih, mencarinya adalah Jihad, Mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahui adalah Shadaqah, menyerahkan kepada ahlinya adalah Taqarrub. Ilmu adalah teman dekat dalam kesendirian dan sahabat dalam kesunyian.(Muadz bin Jabal ra).
 
Terkadang kita telalu silau oleh dunia, meremehkan ilmu, yakni ilmu agama yang berupa pemahaman al qur’an dan al hadist yang dipahami dengan pemahaman para shahabat ridwanallahu ‘anhum.
Tetapi memang sudah diisyaratkan dalam nubuwah, bahwasanya ilmu itu akan diangkat menjelang datangnya kiamat, sehingga sudah menjadi sunnatullah bahwa ilmu kian lama kian pudar. Karena itu saudara pembaca yang baik, jauhilah kebodohan dengan mempelajari ilmu yang merupakan warisan nabi sholallahu ‘alaihi wassalam.
Karena dengannya kita akan dijauhkan dari pensifatan seburuk-buruk mahluk, karena mereka yang mengalami kiamat adalah seburuk-buruk mahluk.
 

((لاَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ حَتَّى تَأْخُذَ أُمَّتِي بِأَخْذِ الْقُرُوْنِ قَبْلَهَا شِبْرًا بِشِبْرٍ وَ ذِرَاعًا بِذِرَاعٍ )) فَقِيْلَ : يَا رَسُوْلَ اللهِ كَفَارِسَ وَ الرُّوْم ؟ فَقَالَ : ((وَ مِنَ النَّاسِ إِلاَّ أُولَئِكَ))
“Tidak akan tegak hari kiamat sampai umatku mengambil jalan hidup umat sebelumnya sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta. Maka ditanyakan kepada beliau: “Wahai Rasulullah, seperti Persia dan Romawi?”2 Beliau menjawab: “Siapa lagi dari manusia kalau bukan mereka?” (HR. Al-Bukhari no. 7319)

pelan tetapi pasti, kaum muslimin, akan mengikuti perbuatan-perbuatan maksiat yang diperbuat kaum kuffar terdahulu, sampai sukar dibedakan dengan mereka.

Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah menyatakan:
“Dalam hadits di atas Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam mengkhususkan penyebutan lubang dhabb karena lubangnya sangat sempit. Namun bersamaan dengan itu umat beliau akan mengambil jejak umat terdahulu dan mengikuti jalan mereka, walaupun seandainya mereka masuk ke lubang yang sesempit itu niscaya umat ini akan tetap mengikutinya.” (Fathul Bari, 6/602)
Yang dimaksud dengan sejengkal, sehasta dan penyebutan lubang dhabb dalam hadits ini adalah untuk menggambarkan betapa semangatnya umat ini mencocoki umat terdahulu dalam penyelisihan dan maksiat, mencontoh mereka dalam segala sesuatu yang dilarang dan dicela oleh syariat. (Syarah Shahih Muslim, 16/219, Fathul Bari, 13/313)

 

 

قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنْ أَمَارَتِهَا. قَالَ: أَنْ تَلِدَ اْلأَمَةُ رَبَّتَهَا وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِي الْبُنْيَانِ
“(Jibril) berkata: Kabarkan kepadaku tentang tanda-tandanya. Rasulullah menjawab: Budak perempuan melahirkan tuannya, dan kamu lihat orang yang telanjang kaki dan telanjang badan penggembala kambing berlomba-lomba meninggikan bangunan.” (HR. Muslim no. 1)