Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Penulisan Allah, allah atau Alloh yang benar?

Mungkin suatu ketika kita pernah dibingungkan, bahwa penulisan lafaz الله dalam bahasa Indonesia ada yang dibakukan sebagai penulisan lafaz ALLAH, atau Allah SWT (subhanahu wa ta’ala) yang artinya (maha suci dia, dan maha tinggi / luhur). Tetapi pada perkembangannya ada pula yang menulis lafaz allah dengan ALLOH atau Alloh, bahkan ada yang tidak menggunakan  huruf kapital sama sekali. Alasannya ialah tidak penting lafaz penulisan itu, karena bukan demikian cara berbakti kepada allah ta’ala. Bahkan dalam huruf hijaiyah, huruf Arab aslinya tidak mengenal huruf kapital kan?.

Beribadah Kepada Allah
Hakikat kita hidup diciptakan oleh allah ialah untuk beribadah kepadanya seperti halnya diterangkan dalam Qur'an Surat Adz Dzariyat ayat 56
56. Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.


Beribadah itu ada Syaratnya
Pasti diantara kita pernah melamar kerja, alias mendaftarkan diri pada suatu lowongan pekerjaan dimana lowongan kerja tersebut tentunya mencantumkan prasyarat. Dimana jika pelamar sesuai dengan syarat yang diajukan tersebut, kemudian jika di dalam syarat tersebut misalkan harus melalui ujian atau test baik tertulis maupun interview, maka siapapun yang lolos seleksi akan diterima bekerja. Demikian pula analoginya dalam beribadah. Siapa yang tidak cukup syaratnya dalam beribadah maka tidak akan diterima.
Kita diwajibkan ta’at tunduk, takwa berbakti padanya dengan menjalankan perintah-perintahNya tanpa pertanyaan yang sifatnya membantah, bukan dengan cara-cara yang kita anggap baik. Karena dikatakan, jika beribadah pada allah itu berdasarkan apa yang manusia rasa baik, maka kaum kafir quraisy pun merasa baik menyembah berhala dalam rangka mendekatkan diri pada allah subhanahu wata’ala. Tetapi toh mereka dihukumi kafir karena tidak tunduk pada syariat yang dibawa oleh Nabi Muhammad s.a.w.
Syarat diterimanya Ibadah
  1. Ikhlas
  2. Ittiba'
Ikhlas
Ikhlas beramal itu bukan tidak mengharapkan imbalan, ikhlas juga bukan berarti gratis. Tetapi ikhlas itu memurnikan niat dalam beramal kebaikan hanya semata-mata mengharapkan keridhoan Allah, atau dalam kata lain, ikhlas itu mengharapkan imbalan. Tetapi dalam hal ini mengharapkan imbalan dari Allah saja.
Ittiba'
Ittiba' yaitu mengikuti cara-cara yang rasulullah sholallahu 'alaihi wa alihi wassalam ajarkan kepada umatnya. Tidak dibenarkan orang yang saking ihlas dan semangatnya dalam beribadah merasa kurang hanya shalat fardhu dhuhur 4 roka'at lalu ia improve sendiri dengan memperbanyak jumlah roka'atnya menjadi 6 atau 8 rokaat misalnya. Karena bukan itu yang dituntunkan oleh beliau sholallahu 'alaihi wassalam.

Kembali ke masalah penulisan lafaz Jalalah Allah atau Allah atau Alloh, yang dikhawatirkan oleh sebagian orang, yakni tasyabuh atau menyerupai dengan orang-orang Nasrani yang memanggil sama dengan sebutan Allah (dengan membaca sama persis dengan tulisan) berbeda dengan orang islam membaca Allah dengan lafaz Alloh adalah tidak beralasan. 
Bagaimana mungkin kita kaum muslimin dianggap meniru mereka sedangkan merekalah yang meniru kita? Lihatlah kaum kafir di luar negeri, apakah mereka juga menulis Allah pada pujian-puijian kebaktian mereka? TIDAK! mereka menggunakan kata Lord, GOD, Jesus, Father, untuk memanggil tuhan mereka.
Allahul Musta'an